SEORANG PENGGUNA TELAH BERTANYA 👇
Jelaskan. ‘yang. dimaksud. rangkaian. peristiwa. dalam. cerita. fabel
INI JAWABAN TERBAIK 👇
Fabel adalah sebuah karya sastra Indonesia yang menyajian sifat, sikap, atau watak manusia melalui penggambaran para tokoh dalam cerita. Sebagai sebuah karya sastra, fabel memiliki ciri khas berupa bahasa yang sederhana. Penggunaan bahasa yang sederhana ini dimaksudkan agar semua kalangan, terutama anak-anak, dapat memahami isi fabel beserta pesan yang disampaikan.
Sebagaimana karya sastra lain, fabel disusun atas beberapa struktur. Struktur penyusun fabel mencakup orientasi, komplikasi, resolusi, dan koda. Orientasi menyajikan gambaran umum cerita, komplikasi menyajikan masalah yang dialami para tokoh, resolusi menyajikan solusi atas masalah para tokoh, sementara koda menyajikan pesan atau nilai yang dapat dipetik dari cerita.
Pembahasan
Pada kesempatan ini, soal meminta kita untuk menerangkan pengertian rangkaian peristiwa dalam cerita fabel. Berikut kakak akan mencoba menjawab pertanyaan tersebut.
RANGKAIAN PERISTIWA PADA FABEL ADALAH SELURUH PERISTIWA DALAM CERITA FABEL YANG DIURUTKAN BERDASARKAN URUTAN WAKTU TERTENTU, BAIK BERGERAK KE ARAH MASA DEPAN, MASA LALU, ATAU KOMBINASI KEDUANYA. OLEH KARENA ITU, RANGKAIAN PERISTIWA DALAM FABEL BERPERAN PENTING DALAM PEMBENTUKAN ALUR CERITA.
Pelajari lebih lanjut
Pada materi ini, kamu dapat belajar tentang rangkaian peristiwa pada fabel:
Detil jawaban
Kelas: VIII
Mata pelajaran: Bahasa Indonesia
Bab: bab 1 – Sastra
Kode kategori: 8.1.1
kata kunci: fabel, rangkaian peristiwa, cerita, struktur, orientasi, komplikasi, resolusi, koda
jawaban:
bahasa daerah
maaf kalo salah
semiga membantu
jawaban:
c. selanjutnya
maaf jika salah jawabannya 8)
jawaban:
semut watak rajin dan memanfaatkan waktu dengan baik
belalang sembah malas dan membuang-buang waktu
Penjelasan:
a.)awal cerita adalah semut yang menyadari bahwa musim dingin akan tiba ia berpikir saat musim dingin ia sulit untuk mencari makanan oleh karena itu ia bekerja keras dan memanfaatkan waktu untuk menyiapkan makanan dan sedangkan belalang sembah hanya sibuk menari dan bernyanyi tidak memanfaatkan waktunya untuk mengumpulkan makanan
b.)semut terus bekerja dan memanfaatkan waktunya dengan sebaik-baiknya
c.)musim dinginpun tiba belalang sembahpun mulai merasa lapar dan lemas karena sulit mendapatkan makanan ia pun meminta kepada sang semut namun awalanya ia enggan memberikannya karena takut makanannya habis namun melihat belalang kelaparan lemas semutpun memberikan sedikit makanannya dan belalang sembah pun berjanji ia akan memanfaatkan waktunya
kategori : Bahasa Indonesia – Menentukan Rangkaian Peristiwa
kelas : SMP VII
pembahasan:
Urutkan kejadian yang dialami oleh Ulu di atas dalam tabel di bawah
1) Awalnya langit sangat gelap dan tidak lama kemudian, air mulai menetes perlahan-lahan dari angkasa. Ulu pun mulai bersenandung sambil melompat-lompat mengitari kolam.
2) Tiba-tiba Ulu melihat semut yang kecil sedang berteduh di balik bunga matahari. semut tersebut sangat sedih karena tidak bisa berenang dikarenakan tubuhnya yang sangat kecil.
3) Lalu Ulu berhenti di pinggir kolam dan berbicara kepada Ikan yang sedang berenang di dalam kolam. Ulu berkata bertapa menyedihkannya hidup ikan yang hanya dapat hidup di air. kata-kata Ulu telah menyakitkan hati ikan.
4) Selanjutnya Ulu tiba di bawah pohon, ia melihat Burung sedang bertengger di dahan pohon dan membersihkan bulunya. Ulu mengira Burung juga sama seperti Semut dan Ikan yang tidak dapat menikmati hujan.
5) Kemudian Burung menantang Ulu untuk naik ke atas pohon. Tetapi Ulu tidak bisa karena kakinya yang pendek dan tidak bisa berenang.
6) Akhirnya Ulu menyadari kalau tindakannya salah. Ia seharusnya tidak menyombongkan kelebihan dan menghina teman-temannya. Dan Ulu meminta maaf kepada Semut dan Ikan, serta Ulu mulai menghargai teman-temannya dan mereka pun menyukainya kembali.
Pada suatu hari ketika seekor rubah sedang berjalan-jalan di hutan, dia berpikir “Udara yang cerah!! alangkah menyenangkannya jika aku pergi memancing” katanya dalam hati. Segera disiapkannya alat-alat untuk memancing lalu segera ia pergi ke telaga yang letaknya ada di tengah-tengah hutan.
Ketika sampai di telaga, ia melihat seekor burung bangau yang anggun sedang berenang di sebuah telaga yang berair jernih. “wahai bangau, apa yang sedang kau lakukan?” tanya rubah sambil mengeluarkan pancingnya. Sang rubah sudah membayangkan bahwa ia akan mendapat ikan yang banyak untuk dimasak sebagai hidangan makan malamnya. “Aku sedang berenang. Menikmati sejuknya air telaga yang membasahi bulu-buluku” jawab bangau sambil mengepak-ngepakan sayapnya yang lebar itu. “Apa kau akan memancing , rubah?” tanya bangau ketika melihat alat pancing yang sedang disipakan rubah. “Ya, aku akan memancing untuk hidangan makan malamku” jawab rubah sambil membuang kail yang telah diberi umpan itu ke telaga. Baru sebentar kali di lempar, tiba-tiba pancingnya bergetar, segera rubah menarik tali pancingnya dan melihat seekor ikan besar tergantung disana. “Wahh.. asyikk.. Aku akan pesta besar nanti malam” kata rubah dengan penuh sukacita. “Apa kau mau makan malam di tempatku bangau?” tanya rubah sambil membereskan alat-alat pancingnya untuk segera pulang. “Tentu saja” jawab bangau dengan penuh semangat. Maka pulanglah rubah ke rumahnya untuk menyiapkan makan malam.
Tepat waktunya makan malam, datanglah bangau ke rumah rubah. “Tok..tok..tok!!”bangau mengetuk pintu. “Silahkan masuk” kata rubah sambil membukakan pintunya. Bangau pun masuk lalu mereka duduk di meja makan yang telah dihias dengan begitu indahnya. Bangau merasa sangat lapar. Aroma masakan begitu membangkitkan selera. “Harum sekali! Pasti rasanya enak” kata bangau dalam hatinya.
Makanan pun dihidangkan. Rubah memasak sup ikan yang sangat harum dan meletakannya dalam mangkuk kecil. Melihat hal itu, bangau pun merasa sangat sedih karena dia tidak dapat menyantap sup tersebut. Paruhnya yang panjang tidak dapat digunakan untuk memakan sup di mangkuk yang kecil. Akhirnya bangau hanya dapat menatap sup tersebut sambil menahan rasa laparnya. “Bangau, kenapa tidak kau makan supnya, apakah kau tidak menyukainya?” tanya rubah karena dilihatnya bangau hanya memandang sup tersebut. “Paruhku yang panjang tidak dapat digunakan untuk memakan sup di mangkukmu yang kecil itu rubah” jawab bangau dengan sedih. “maafkan aku bangau, tetapi hanya mangkuk kecil ini yang kumiliki” kata rubah “tapi Kau tak perlu sedih, aku tau jalan keluarnya” kata rubah lagi. Rubah segera mengambil sebuah rantang lalu mengisi rantang itu dengan sup hingga penuh. “ini bawalah, kau bisa menikmati sup ini di rumahmu” kata rubah sambil menyerahkan rantang itu kepada bangau. Bangaupun merasa senang.” Terima kasih rubah, kau baik sekali” kata bangau sambil berpamitan. “Besok adalah giliranku untuk mengundangmu makan malam di rumahku” kata bangau saat mereka berpisah di pintu rumah rubah. “Baiklah, aku pastu datang” jawab rubah sambil melambaikan tangannya.
Demikianlah keesokan harinya, waktu makan malam tiba, rubah datang berkunjung ke rumah bangau. “tok..tok..tok..” rubah mengetuk pintu. “Ahh.. rubah.. kau sudah datang. Mari masuk” ajak sang bangau. Ketika rubah masuk ke dalam rumah, terciumlah wangi harum dari masakan. “Perutku lapar sekali” kata rubah dalam hati. “Ayo kita segera makan” kata sang bangau sambil membawa rubah duduk di meja makan. Di atas meja sudah tersedia 2 buah kendi dengan leher panjang. Rubah berpikir sejenak lalu berkata, ” aku tidak dapat makan dari dalam kendi ini, karena leherku pendek, apakah kau mempunya mangkuk kecil?” “Ahh..tentu saja” jawab sang bangau. “Rantang yang digunakan untuk membawa sup mu yang kemarin, dapat kau gunakan untuk alasnya”
Akhirnya rubah dan bangau pun dapat menikmati makan malamnya dengan penuh sukacita.
Suatu hari Si Kancil, binatang yang katanya cerdik itu, sedang berjalan-jalan di pinggir hutan. Dia hanya ingin mencari udara segar, melihat matahari yang cerah bersinar. Di dalam hutan terlalu gelap, karena pohon-pohon sangat lebat dan tajuknya menutupi lantai hutan. Dia ingin berjemur di bawah terik matahari. Di situ ada sungai besar yang airnya dalam sekali. Setelah sekian lama berjemur, Si Kancil merasa bahwa ada yang berbunyi di perutnya,..krucuk…krucuk…krucuk. Wah, rupanya perutnya sudah lapar. Dia membayangkan betapa enaknya kalau ada makanan kesukaannya, ketimun. Namun kebun ketimun ada di seberang sungai, bagaimana cara menyeberanginya ya? Dia berfikir sejenak. Tiba-tiba dia meloncat kegirangan, dan berteriak: “Buaya….buaya…. ayo keluar….. Aku punya makanan untukmu…!!” Begitu Kancil berteriak kepada buaya-buaya yang banyak tinggal di sugai yang dalam itu.
Sekali lagi Kancil berteriak, “Buaya…buaya… ayo keluar… mau daging segar nggak?”
Tak lama kemudian, seekor buaya muncul dari dalam air, “Huaahhh… siapa yang teriak-teriak siang-siang begini.. mengganggu tidurku saja.” “Hei Kancil, diam kau.. kalau tidak aku makan nanti kamu.” Kata buaya kedua yang juga muncul.
“Wah…. bagus kalian mau keluar, mana yang lain?” kata Kancil kemudian. “Kalau cuma dua ekor masih sisa banyak nanti makanan ini. Ayo keluar semuaaa…!” Kancil berteriak lagi.
“Ada apa Kancil sebenarnya, ayo cepat katakan,” kata buaya.
“Begini, maaf kalau aku mengganggu tidurmu, tapi aku akan bagi-bagi daging segar buat buaya-buaya di sungai ini,” makanya harus keluar semua.
Mendengar bahwa mereka akan dibagikan daging segar, buaya-buaya itu segera memanggil teman-temannya untuk keluar semua. “Hei, teman-teman semua, mau makan gratis nggak? Ayo kita kelur….!” buaya pemimpin berteriak memberikan komando. Tak berapa lama, bermunculanlah buaya-buaya dari dalam air.
“Nah, sekarang aku harus menghitung dulu ada berapa buaya yang datang, ayo kalian para buaya pada baris berjajar hingga ke tepi sungai di sebelah sana,” “Nanti aku akan menghitung satu persatu.”
Tanpa berpikir panjang, buaya-buaya itu segera mengambil posisi, berbaris berjajar dari tepi sungai satu ke tepi sungai lainnya, sehingga membentuk seperti jembatan.
“Oke, sekarang aku akan mulai menghitung,” kata Kancil yang segera melompat ke punggung buaya pertama, sambil berteriak, “Satu….. dua….. tiga…..” begitu seterusnya sambil terus meloncat dari punggung buaya satu ke buaya lainnya. Hingga akhirnya dia sampai di seberang sungai. Hatinya tertawa, “Mudah sekali ternyata.”
Begitu sampai di seberang sungai, Kancil berkata pada buaya, “Hai buaya bodoh, sebetulnya tidak ada daging segar yang akan aku bagikan. Tidakkah kau lihat bahwa aku tidak membawa sepotong daging pun?” “Sebenarnya aku hanya ingin menyeberang sungai ini, dan aku butuh jembatan untuk lewat. Kalau begitu saya ucapkan terima kasih pada kalian, dan mohon maaf kalau aku mengerjai kalian,” kata Kancil.
“Ha!….huaahh… sialan… Kancil nakal, ternyata kita cuma dibohongi. Aws kamu ya.. kalau ketemu lagi saya makan kamu,” kata buaya-buaya itu geram.
Si Kancil segera berlari menghilang di balik pohon, menuju kebun Pak Tani untuk mencari ketimun semoga membantu 🙂